CAKRA Banten, Kab. Tangerang,- Dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Universitas Pramita Indonesia (PIU) telah merencanakan berbagai strategi untuk menyukseskan program aksi seperti legacy internal, kesadaran nasional, efisiensi regional, daya saing global, penelitian unggul, dan koopetisi literasi dalam bidang kreatif. Hal ini diungkapkan oleh Rektor baru PIU, Dr. Zalzulifa, M.Pd, dalam sebuah bincang-bincang ringan tentang rencana pengembangan kampus.
Dari berbagai program yang direncanakan, Tabloid Cakra Banten dan Majalah Kampus PRAMITANS ingin menggali lebih dalam mengenai dua konsep yang kerap disinggung: kompetisi dan koopetisi. Meski hanya berbeda satu huruf, kedua konsep ini memiliki makna yang sangat berbeda.
Competition (Kompetisi): Situasi di mana dua atau lebih pihak bersaing untuk mencapai tujuan yang sama atau mendapatkan keunggulan. Ini biasanya ditandai dengan persaingan intens untuk memenangkan sesuatu, seperti pasar atau penghargaan.
Coopetition (Koopetisi): Strategi di mana pesaing bekerja sama dalam beberapa aspek bisnis meski tetap bersaing di pasar yang sama. Tujuannya adalah menciptakan situasi win-win di mana kedua pihak mendapat manfaat tanpa kehilangan keunggulan kompetitif.
Dr. Zalzulifa menjelaskan bahwa dalam konteks kampus kreatif yang membangun desa, koopetisi lebih relevan dibandingkan kompetisi. Berikut beberapa alasan memilih koopetisi: Yang pertama, Kolaboratif daripada Bersaing: Koopetisi menggabungkan kerja sama dengan persaingan, menekankan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Kedua, Pemberdayaan dan Keberlanjutan: Koopetisi mencerminkan pendekatan inklusif dan berkelanjutan, melibatkan partisipasi masyarakat lokal, mahasiswa, akademisi, dan pelaku usaha.
Ketiga, Inovasi dan Kreativitas: Koopetisi mendorong inovasi dan kreativitas melalui kolaborasi, memungkinkan terciptanya solusi baru yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Keempat, Menghargai Nilai Lokal: Koopetisi mendorong pengakuan terhadap nilai-nilai lokal, mengoptimalkan potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
PIU juga mendukung program L2 Dikti 4, yaitu Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTM-GRMD). Program ini melibatkan koordinasi dan kolaborasi antara Program Studi Ilmu Pemerintahan PIU dengan pemerintahan daerah hingga ke tingkat desa. Dengan penandatanganan MOU dengan Pj Bupati Lebak, Pj Walikota Tangerang, dan Pj Bupati Tangerang, langkah berikutnya adalah merumuskan kerjasama untuk mengoptimalkan potensi desa.
Targetnya adalah satu desa mengirimkan tiga pemuda untuk kuliah di PIU, sejalan dengan adagium Soekarno, “Beri Aku sepuluh pemuda akan kugoncang dunia.” PIU percaya bahwa dengan tiga pemuda dari setiap desa, mereka dapat membangun Nusantara yang berwawasan global.(Edy)